Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Patologi Kehamilan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG  
Penyakit dan kehamilan yang dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan yaitu penyakit traktus digestivus merupakan yang menyebabkan perubahan fungsi alat pencernaan. Ada tiga faktor yang menyebabkan perubahan tersebut yaitu perubahan hormonal, anatomik dan fisiologik kehamilan. Penyakit hepar terbagi menjadi 2 yaitu penyakit hepar karena komplikasi kehamilan yang meliputi hepatitis infeksiosa, penyakit hati karena obat. Ruptura hepatis, sirosis hepatis koleitiasis dan penyakit hepar akibat komplikasi kehamilan meliputi uterus rekorrensgravidarum. Pankreas adalah suatu penyakit saluran empedu peminum alkohol. Pemberian obat diuretika thiazide dan antibiotika tetrasiklin. SLE adalah merupakan penyakit kronis (jangka panjang) sistemik dengan perubahan patologis pada jaringan dan sistem vascular yang berhubungan dengan imunologis.
B.      TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
-          Untuk memenuhi tugas terstruktur dari dosen pembimbing mata kuliah patologi kebidanan.
-          Untuk lebih mendalami lagi tentang penyakit dan kelainan yang dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan.




BAB  II
PEMBAHASAN

A.  PENYAKIT TRAKTUS DIGESTIVUS (ALAT PENCERNAAN)
Terdapat perubahan fungsi alat pencernaan dalam kehamilan adalah hal yang biasa. Perubahan-perubahan tersebut umumnya tidak berarti dan tidak berbahaya, dan akan dapat ditanggulangi dengan mudah dengan penerangan, obat-obat yang relatif ringan atau dengan melalui pendekatan psikologis. Ada tiga faktor yang menyebabkan perubahan fungsi alat pencernaan tersebut dalam kehamilan, yaitu perubahan hormonal, anatomik dan fisiologik kehamilan dan ketiga faktor tersebut akan memberikan pengaruh pada fungsi alat pencernaan. Selama kehamilan akan terjadi pula penurunan gerakan saluran alat cerna karena tonus otot-otot alat pencernaan yang berkuran, disamping itu terdapat pula perubahan letak serta penekanan yang disebabkan oleh pembesaran rahim (uterus). Perasaan mual, muntah, nafsu makan menurun, ketidaksukaan pada makanan tertentu atau bau-bauan yang dapat diobati dengan menghindari makanan atau bau-bauan tersebut atau dengan pemberian obat-obat yang relatif ringan ternyata sudah cukup.
1.      MULUT
-          Ptialismus (syalorec, hipersalivasi).
Pada kehamilan trisemester pertama, kemungkinan dijumpai produksi air ludah berlebihan dari biasa, sehingga menyebabkan wanita hamil tersebut seringkali membuang ludah. Produksi air ludah yang berlebihan ini disebut ptialismus. Hal ini karena ketidaksanggupan wanita tersebut menelan air ludahnya sebagai akibat dari perasaan mual. Pengobatan khusus tidak ada, cukup dengan pendekatan dan penerangan serta psikologik.
-          Karies dentis.
Dalam kehamilan sering dijumpai gingivistis dan karies dentis, akan tetapi tidaklah beralasan kehamilan sebagai penyebab menigkatnya kejadian karies dentis. Karies dentis sebelum hamil sudah ada, dan kekurangan kalsium akan memperburuk kerusakan giginya seperti juga sebelum hamil. Pengobatan yaitu dengan merawat gigi, mulut, serta mencukupi kebutuhan kalsium dalam kehamilan.
2.      ESOPAGUS
-          Pirosis (heartburn, nyeri dada)
Pirosis ialah perasaan nyari didada, karena masuknya isi lambung kedalam esofagus bagian bawah. Keluhan sering ditemukan dalam kehamilan, terutama dalam posisi tengkurap,atau menelan sesuatu makanan tertentu atau obat. Pada kehamilan tua, mungkin kelainan ini agak sering dijumpai karena pengaruh tekanan rahim yang membesar. Pada esfagos terjadi esofagitis, akan tetapi pada endoskopi tidak kelihatan ada tanda-tanda radang, hanya secara histologik dapat dilihat. Isi lambung tersebut berisi asam klorida, pepsin serta makanan. Pirosis biasanya tidak akan menimbulkan komplikasi seperti striktura, pendarahan, karena waktunya sebentar saja. Pengobatan cukup dengan obat antasid, mengubah posisi tubuh dan menegakkan kapala serta mencegah tengkurap setelah makan. Keadaan yang lebih berat, kadang-kadang menyebabkan penderita sulit menelan, ada pendarahan (hematesis) sebagai akibat terjadi esofagitis erosif. Pengobatannya tetap seperti diuraikan diatas, yaitu konservatif.
-          Esofagitis erosiva
Esofagitis erosiva merupakan akibat yang gawat dari kembalinya isi lambung kedalam esofagus dan agaknya tidak mempunyai hubungan dengan hiperemesis gravidarum. Gejala yang paling sering dijumpai ialah nyeri waktu menelan (disfagia) disertai pirosis. Hematemesis dapat terjadi, dan esofagoskopi menunjukkan erosio berdarah pada selaput lendir satu pertiga bawah esofagus. Penanggulangan sama dengan pada pirosis biasa. Apabila terjadi hematemesis, penderita disuruh minum air es atau menelan es batu kecil-kecil. Biasanya kelainan ini sembuh sama dengan sendirinya setelah kelahiran. Striktura esofagei yang sampai memerlukan dilatasi jarang terjadi.
-          Varises esofagei
Varises esofagei akibat sirosis hepatis menjadi lebih besar dan mudah pecah dalam kehamilan, karena hipervolemia kehamilan dan hipertensi portal.
3.      LAMBUNG
-          Hernia hiatus diafragmatika.
 Hernis histus diafragmatika ialah masuknya bagian atas lambung kedalam lubang diafragma. Kelainan ini seringdijumpai dalam kehamilan, kira-kira 17 % terutama dalam kehamilan trisemester III dan sering pada multipara dalam usia lanjut. Kelainan ini akan sembuh sendiri, setelah anak lahir. Penderita mungkin mengeluh tentang ganguan pencernaan berupa pirosis,muntah, kadang-kdang hematisis, berat badan menurun atau kadang-kadang tak ada keluhan sama sekali. Kalau keluhan meningkat, mungkin ada hubungan dengan dua faktor yaitu wanita tersebut telah menderita hernia hiatus dan isi lambung yang bertambah besar, sedangkan kalau mengira gejala-gejala tersebut disebabkan oleh karena hamil biasa, sedang kalau diperiksa dengan foto rontgen mungkin dijumpai adanya hernia. Hernia hiatus jarang mengalami strangulasi hernia dalam kehamilan, dan kalau ada biasanya penderita mengeluh sesak napas, sianotik, kadang-kadang dapat jatuh dalam syok. Penanganannya adalah simptomatik, penderita ditidurkan setengah duduk, makanan diberikan dalam porsi kecil-kecil. Kalau hernia tersebut telah diketahui sebelum hamil, sebaiknya penderita tidak hamil, atau dilakukan operasi lebih dulu.
-          Ulkus peptikum
Ulkus peptikum jarang dijumpai dalam kehamilan, perjalanan penyakitnya bervariasi. Pada wanita yang mempunyai ulkus peptikumsebelum hamil, biasanya setelah hamil, penyakit akan menjadi lebih baik, bahkan dapat sembuh. Terutama pada trisemester pertama dan kedua, karena rendahnya sekresi asam lambung dan meningkatnya produksi getah lambung, walaupun kadang-kadang ulkus mungkin lebih hebat gejalanya dan yang sering dijumpai adalah rasa kejang dan perih diperut bagian atas (yang dapat hilang dengan memakan makanan atau obat alkalis), rasa panas, rasa tak enak didiaerah epigastrium. Gejala lebih sering terjadi atau dirasakan 2 atau 3 jam sesudah makan. Perforasi jarang terjadi.oelh karena itu penanganan ulkus peptikum dalam kehamilan umumnya konservatif, jarang atau hampir tidak ada dengan tindakan operatif.
-          Gastritis
Diagnosis gastritis sering dibuat dalam kehamilan muda, hanya atas dasar keluhan penderita, seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri didaerah epigastrium dan sebagainya. Dan setelah diperiksa dengan teliti ternyata penderita tidak menderita gastritis akan tetapi mungkin emesis (hiperemesis), pirosis, esofagitis. Penderita diobservasi dan ditentukan terapi konservatif seperti gastritis diluar kehamilan.


4.      USUS HALUS
-          IleusBaik ileus obstruktif maupun ileus paralitik
Dapat dijumpai dalam kehamilan yang kadang-kadang tidak diketahui, karena gejala-gejalanya sering disalah tafsirkan sebagai gejala-gejala kehamilan biasa, seperti mual, muntah, konstipasi, uterus kontraksi, kejang otot dan sebagainya. Diagnosis dibuat atas dasar gejala-gejala muntah, muntah, konstipasi, bising usus meningkat seperti bunyi logam. Tindakan operasi harus harus segera dilakukan bila diagnosis telah dipastikan, karena terlambat melakukan tindakan akan memperburuk keadaan umum penderita, bahkan meningkatkan kematian. Dalam kehamilan biasa, tonus dan peristaltik usus berkurang, sehingga tak jarang gejala-gejala ileus paralitik dalam kehamilan dan nifas., dan hal ini haruslah dibedakan dari ileus paralitik dalam kehamilan dan dan nifas.pada ileus paralitik tanpa komplikasi lain seperti makanan parenteral, pemasangan pipa hidung lambung, dan cairan lambung diisap terus-menerus, serta pemberian antibiotika, vitamin aneurin 25-50 mg intra muskular, dan biasanya dalam waktu 3-5 hari akan sembuh.
-          Volvulus
Dengan makin tuanya kehamilan dan makin membesarnya uterus, usus-usus halus dapat berputar pada pangkalnya, sehingga terjadi penjiratan seluruh ileum. Akibatnya sangat gawat dan menyebabkan kematian apabila tidak segera dikenal dan dioperasi. Keadaan lain yang dapat pula menyebabkan volvulus ialah perpanjangan mesokolon, hernia diafragmatika, perekat usus dan terdapat peta kongenital dalam rongga perut.
                         Gambaran klinik berupa perut yang menunjukkan tanda-tanda gawat mendadak terdiri atas gejala-gejala obstruksi usus disertai muntah-muntahyang hebat. Keadaan umum cepat memburuk akibat gangguan elektrolit dan keracunan nadi sangat cepat dan suhu meningkat.
-          Hernia
Berbagai macam hernia dapat dijumpai dalam kehamilan seperti hernia inguinalis, femoralis, umbilikalis dan sikatrisea, yang biasanya tidak menimbulkan keluhan.  
                  Penanganam hernia dalam kehamilan sama dengan diluar kehamilan apabila timbul gejala-gejala gawat. Hernia umbilikalis dan hernia sikatrisea tetap membesar oleh kehamilan. Apabila ada perlekatan usus dengan omentum tarikan pada oemntum sering menyebabkan rasa nyeri.
-          Ileitis regionalis
Ileitis regionalis seperti dilaporkan oleh Crohn danYarnis merupakan suatu proses granulamatus ileum bagian akhir yang tidak khas yang meliputi peradangan, nekrosis dan perparutan. Apabila penderita menunjukkan gejala-gejala yang berat dan reaksi negatif terhadap kehamilannya maka bekerja sama dengan psikiater dapat dipertimbangkan abortus buatan, walaupun ini jarang diperlukan.

6.      USUS BESAR
-   Appendisitis akut
Kejadian appendisitis akuta dalam kehamilan dan di luar kehamilan tidaklah berbeda. Kejadiannya satu di antara 1000 sampai 2000 wanita hamil. Akan tetapi kejadian perforasi, lebih sering pada kehamilan, yaitu 1,5 sampai 3,5 kali dari wanita tidak hamil.
Hal ini karena diagnosis dini appendisitis akuta kadang-kadang sulit dibuat sering meragukan, atau dikacaukan oleh keadaan-keadaan lain seperti :
·         Gejala dan tanda rasa mual, muntah anoreksia, perut gembung, dan nyeri di perut sering dijumpai pula pada kelainna lain dari appendisitis.
·         Adanya leukositosis fisiologik dalam kehamilan yang mungkin menyerupai jumlah leukosit pada appendisitis akuta.
·         Berpindahnya letak soekum akibat dorongan rahim yang main membesar, menyebabkan letak appendiks juga berpindah. Pada akhir pertengahan usia kehamilan, appendiks terletak di bagian kanan atas, sehingga gambaran klinik yang diberikan oleh appendisitis yang biasa tidak menunjukkan gambar yang seperti di luar kehamilan.
·         Adanya relaksasi otot-otot dinding perut pada kehamilan lanjut, menyebabkan tanda-tanda nyeri, kekakuan dinding perut, menjadi tak jelas.
·         Tanda-tanda appendisitis akuta, kadang-kadang diperlihatkan pula oleh kelainan-kelainan lain, seperti pada kehamilan muda dengan adanya kista yang terputar, batu ureter, pielonefritis akuta, salpingitis akuta; rasa nyeri dari ligamentum rotundum pada kehamilan lebih lanjut, solusi plasenta tingkat permulaan, infeksi saluran kemih, persalinan prematur, obstruksi usu halus. Pada masa nifas adanya endometritis atau adneksitis.
Untuk membuat diagnosis yang tepat, perlu dilakukan anamnesis yang cermat, serta pemeriksaan yang teliti. Adanya rasa nyeri yang tiba-tiba di daerah periumbilikal juga yang menjalar ke daerah appendisitis, rasa mual, muntah-muntah yang tidak pernah sebelumnya dirasakan, maka pertama-tama penyebabnya perlu dipikirkan karena appendisitis akuta, disamping sebab-sebab yang telah dikemukakan di atas. Wanita hamil dengan appendisitis akuta, harus segera dilaparotomi dan dilakukan appendektomia, tanpa memikirkan usia kehamilan. Dalam keragu-raguan diagnosis, laparotomi juga harus dilakukan, walaupun ternyata setelah laparotomi tidak ditemukan appendiks yang meradang.
Mengambil tindakan konservatif adalah salah, sebab bila appendistis tersebut mengalami perforasi karena tindakan terlambat dapat menimbulkan kematian Ibu dan janin. Insisi perlu dibuat lebih tinggi dari biasa yaitu paramedial kanan kira-kira setinggi fundus uteri. Manipulasi pada uterus gravidus ini sedapat mungkin dihindari, dan drain hanya dipasang apabila ada abses. Biasanya kehamilan akan berlangsung terus sampai saat persalinan. Bila appendistis akuta dibuat pada kehamilan lebih dari 34-35 minggu, dilakukan seksio sesurea dan appendektomia. Uterus yang membesar tersebut akan menyulitkan mencari appendiks di samping itu bila penderita masuk dalam persalinan pasca laparotomi, luka dapat terbuka kembali karena luka belum sembuh sempurna dan belum kuat. Kalau terjadi perforasi atau abses dipertimbangkan untuk melakukan appendektomia dan seksio histerektomia. Prognosis appendisitis dalam kehamilan lebih buruk dari di luar kehamilan, dan diagnosis dini serta tindakan yang segera diambil berupa laparatomi dan pemberian antibiotika, akan dapat menolong penderita serta akan memperbaiki prognosis. Komplikasi yang sering atau mungkin dijumpai pada kehamilan adalah abortus atau partus prematurus.
-          Kolitis ulserosa
Kolitis ulserosa yang biasanya menahun merupakan suatu penyakit peradangan disertai ulkus-ulkus pada mulanya di rektum, kemudian menjalar ke atas dan dapat sampai ke usus halus. Perjalanan penyakit dalam kehamilan tak dapat diramalkan sebelumnya, sangat bervariasi. Biasanya bagian usus yang terserang adalah mukosa dan submukosa, jarang lapisan otot dan serosa. Gejala-gejala klinik tersering adalah diarea dengan darah, nanah atau lendir, badan panas, leukositosis, takikardia, perut terasa tidak enak, malas makan dan berat badan menurun. Komplikasi penyakit ini mungkin dapat terjadi perforasi, perdarahan sehingga penderita jadi anemia, defisiensi protein dan vitamin.
Pengaruh penyakit ini terutama terhadap kesehatan Ibu, pada janin atau kehamilan tidak begitu banyak. Sedangkan pengaruh kehamilan pada penyakit ini, dapat menimbulkan keadaan lebih berat, yaitu penyakit yang tadinya kurang aktif dapat jadi aktif, terutama pada trimester pertama dapat terjadi perforasi. Etiologi penyakit ini secara pasti belum diketahui, akan terapi faktor psikogenik dianggap mempunyai pengaruh penting pada kolitis ulserasi ini, seperti perubahan-perubahan emosionil, kecemasan, ketakutan dan lain-lainselama kehamilan Penerangan diberikan pada penderita kolitis ulserosa ini, baik sebelum hamil maupun dalam kehamilan. Perahtikan dan terangkan faktor penyakit penderita, diet yang mudah diserap, kalau perlu antiodiare dan antibiotika. Mereka yang telah ahmil, kehamilan dapat dteruskan, dan persalinan dapat per vaginam. Pada keadaan dimana anak sudah cukup, penderita menderita kolitis ulserosa, sebaiknya tidak hamil lagi, dan ikut keluarga berencan. Dapat dilakukan sterilisasi.


-          Tumor Ganas Usus Besar
Tumor ganas usus besar biasanya karsinoma, jarang dijumpai dalam kehamilan tidak terdapt bukti-bukti bahwa kehamilan mempengaruhi  jalannya karsinoma koliet rekti. Karena itu, anortus buatan tidak dilakukan. Walaupun demikian penyakit ini dapat mempengaruhi persalinan. Penanggulangan tumor ganas usus besar dalam kehamilan ialah dengan jalan operasi, saran seperti diluar kehamilan. Apabila operasi dilakukan dalam triwulan II dan III, maka mungkin uterus seperti isinya perlu diangkat untuk memudahkan opersi rektum. Pada penderita karsinoma kolon, apabila kehamilan sudah cukup bulan, dapat ditunggu partus pervaginam. Apabila terdapat gejala-gejala obstruksi usus, mungkin diperlukan kolostomiasebelum persalinan atau operasi. Dalam kehamilan trimester III sebelum 38 minggu, pada penderita karsinoma rekti dilakukan seksiop histerektomia. Setelah anak lahir, selekasnya dilakukan operasi rektum.
-          Megakolon
Megakolon sangat jarang dijumpai dalam kehamilan, usus besar yang sangat meluas terisi penuh dengan skibala menyebabkan konstipasi yang kadang-kadang sangat sulit untuk diatasi. Dalam persalinan megakolon yang terisi penuh, dapat menghalang-halangi turunnya kepal, sehingga dapat terjadi ruptura uteri. Di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pernah datang seorang wanita dengan ruptura uteri dan meninggal. Pada bedah mayat ternyata ruptura uteri disebabkan oleh megakolon.
7.      DAERAH ANUS
-          Praritus Ani
Pruritus ani kadang-kadang dijumpai dalam kehamilan dan dapat sangat mengganggu penderita. Biasanya  pengobatan juga sulit. Rasa gatal dapat terbatas di daerah perianal atau menjalar lebih luas sampai di daerah kelamin, bagian dlm paha, dan pantat. Karena rasa gatal, daerah itu digaruk, yang menimbulkan / menambah iritasi kulit; dan seterusnya ini menambah rasa gatal. Pruritus ani dapat dibagi dalam 2 golongan : 1) yang mempunyai sebab organik, dan 2) yang disebabkan faktor psikogenik. Dalam golongan pertama termasuk pruritus yang disebabkan oleh fissura et fistula ani, proktitis, wasir, jamur, diabetes mellitus, alergi terhadap benang sintetik pakaian dalam, atau ukuran pakaian yang tidak sesuai. Golongan kedua biasanya disebabkan oleh konflik emosional dalam kehamilan yang berdasarkan ketidakmatangan psiko-seksual. Penanggulangan harus dimulai dengan menghilangkan / menghindarkan faktor penyebabnya. Iritasi kulit akibat garukan diobati dengan salep kortison. Apabila pengobatan tidak berhasil dan tidak ditemukan sebab organik, maka sebaiknya dimintakan konsultasi pada psikiater.
-          Wasir (hemoroid)
Dalam kehamilan dapat terjadi pelebaran vena hemoroidalis interna dan pleksus hemoroidalis eksterna, karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus. Hemoroid ini lebih nyata dan dapat menonjol keluar anus. Wasir yang kecil kadang-kadang tidak menimbulkan keluhan, sedang yang besar sering menimbulkan keluhan bahkan dapat menimbulkan komplikasi hebat yaitu rasa nyeri serta perdarahan pada saat buang air besar, serta ada sesuatu yang keluar dari anus. Wasir dapat didiagnosis dengan mudah, yaitu adanya keluhan rasa perih di daerah anus, perdarahan, serta pada pengamatan ditemukan vena yang membengkak di anus atau di rektum. Pada hemoroid interna dan eksterna yang tidak menimbulkan keluhan, tidak perlu diberi pengobatan, dan setelah melahirkan hemoroid tersebut akan mengecil sendirinya. Pada hemoroid yang besar, yang menjadi keluar baik dalam kehamilan atau masa nifas, yang menimbulkan keluhan, perlu dilakukan antara lain reposisi oleh dokter maupun oleh penderita sendiri, dengan menggunakan salep antihemoroid. Usahakan penderita agar memakan makanan yang lunak dan tidak meneran. Pada keadaan yang sudah berdarah, diberi anti-salep atau suppositoria. Tindakan sklerosing atau hemoroidektomia jarang diperlukan.
-          Fissura ani
Fisura ani merupakan kelainan yang sering dirasakan sangat nyeri dan terdiri atas luka-luka memanjang pada dinding belakang anus. Asalnya tidak diketahui dengan pasti mungkin karena trauma pada mukosa dengan kriptitis, atau sbg akibat pecahnya abses kista. Mula-mula rasa nyeri dialami pada waktu penderita buang air besar, sehingga penderita segan untuk ke belakang ; kemudian rasa nyeri berlangsung sampai beberapa jam setelah defekasi. Fissura yang baru terjadi dapat diharapkan akan sembuh spontan.  Akan tetapi, fissura menahun yang disertai peradangan menahun dengan banyak keluhan memerlukan eksisi lebar semua jaringan yang sakit, disertai insisi muskulus sfingter ani eksternus, juga pada wanita hamil.






B.  HEPAR
1.      PENYAKIT HATI BUKAN KARENA KOMPLIKASI KEHAMILAN
a.       Hepatitis infeksiosa
Hepatitis infeksiosa disebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil penyebab hepatitis infeksiosa terutama oleh Virus hepatitis B, walupun kemungkinan juga dapat Virus hepatitis A atau hepatitis C. Hepatitis virus dapat terjadi pada setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun Ibu. Pada trimester pertama dapat terjadi keguguran, akan tetapi jarang dijumpai kelainan kongenital (anomali pada janin), sedangkan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, sering terjadi persalinan prematur. Tidak dianjurkan untuk melakukan terminasi pada kehamilan, dengan induksi atau seksio sesarea, karena akan mempertinggi resiko pada Ibu. Pada hepatitis B, janin kemungkinan dapat penularan melalui plasenta, waktu lahir, atau masa neonatus; walaupun masih kontroversi tentang penularan melalui air susu.
b.      Penyakit hati karena obat
Obat-obat tertentu dapat menimbulkan gangguan faal hati, bahkan dapat menyebabkan kerusakan fatal seperti fenotiazin, tetrasikin, klorpromazin, koloform, arsenamin, fosfor, karbon tetraklorida, isoniazid, asetaminofen. Fenotiazin dan klorpromazin yang digunakan untuk mengurangi rasa mual, muntah-muntah dalam kehamilan dapat menyebabkan ikterus, bila diberikan terlalu lama atau dalam dosis yang besar. Tetrasiklin yang merupakan obat yang dilarang digunakan dalam kehamilan karena dapat menyebabkan kelainan kongenital (teratogenik) pada janin, juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Begitu pula obat-obat isoniasid, yang selalu diikutkan sebagai obat untuk penyakit TBC, dapat menimbulkan kelainan hati, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal hati setelah pengobatan beberapa bulan.
c.       Ruptura hepatis
Ruptura hepatis, baik yang traumatik maupun yang spontan, dapat terjadi dalam kehamilan, biasanya yang robek lobus kanan. Mortalis sangat tinggi, kemungkinan 75% penderita meninggal. Hampir semua penderita yang mengalami ruptura hepatis pernah menderita pre-eklampsia atau eklamsia. Gambaran klinik mencakup nyeri epigastrium, abdomen akut, pekak sisi, pekak beranjak (shifting dullness)dan syok. Penderita dapat diselamatkan apabila ruptura hepatis lekas diketahui dan segera dioperasi.

d.      Sirosis hepatis
Kehamilan agaknya tidak mempengaruhi jalannya sirosis hepatis. Sebaliknya, sirosis dapat mempunyai pengaruh tidak baik terhadap kehamilan, tergantung dari beratnya penyakit. Penderita dengan fungsi hepar yang masih baik dan menjadi hamil, dapat melahirkan biasa tanpa penyakitnya menjadi lebih buruk akibat kehamilannya, asal ia mendapat pengobatan dan perawatan yang baik. Akan tetapi, apabila fungsi hepar sudah terganggu atau ada varises esofagus karena sirosis, sebaiknya penderita tidak hamil. Terutama dalam trimester III dapat terjadi krisis gawat hati (liver failure) dan perdarahan dari varises esofagus. Apabila penderita demikian hamil juga, maka abortus buatan dapat dipertimbangkan, walaupun pada umumnya sirosis saja tidak merupakan indikasi bagi pengakhiran kehamilan.
e.       Kolelitiasis dan kolesistitis
Kolelitiasis dijumpai 2-3 kali sering pada wanita dari pria, dan kehamilan dianggap sbg salah satu faktor pendetus dalam terjadinya batu empedu dan penyakit kandung empedu. Kombinasi hiperkolesterolemia dan perlambatan pengosongan kandung empedu dalam kehamilan memudahkan terbentuknya batu empedu. Sebaiknya wanita hamil jarang mengeluh tentang serangan kolik empedu. Hal ini terjadi adanya anggapan bahwa kurangnya tonus otot polos yang memudahkan keluarnya batu-batu kecil saluran empedu ke dalam duodenum. Gejala-gejala kolelitiasis berupa nyeri perut sebelah kanan atas atau di daerah epigastrium yang mungkin gradual atau mendadak (tiba-tiba) yang menjalar ke dada bagian kanan atas atau ke bahu belakang kanan. Bila penyumbatan total, mungkin kolik empedu tetap, penderita enek-enek, muntah, demam dan menggigil (kolesistis), dan ikterus. Pada penderita mungkin sebelumnya telah ada sakit kandung empedu, atau makan yang telah diatur, dimana ia tak tahan lemak. Pada pemeriksaan didapatkan penderita panas, kuning dan nyeri di perut kanan atas, leukositosis, sedangkan urin normal. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan : preeklampsia, penyakit hati, pankreastitis, pielonefritis, ulkus peptikum, hernia hiatus diafragma. Pemeriksaaan kolesistografi tidak banyak memberi hasil, karena itu tidak dianjurkan dalam kehamilan. Ultrasonografi mungkin lebih dapat membantu. Penanggulangan kolelitiasis dalam kehamilan, pada umumnya konservatif yaitu istirahat, diet dan antibiotika. Tindakan operasi jarang dilakukan kecuali disangka atau didapatkan komplikasi berupa infeksi makin berat, nekrosis, gangren atau perforasi.

2.      PENYAKIT HATI AKIBAT KOMPLIKASI KEHAMILAN
       Beberapa komplikasi kehamilan dapat menyebabkan kelainan/penyakit hati.
a.       Ikterus rekurrens gravidarum
Dalam kehamilan, terutama dalam triwulan terakhir, dapat timbul ikterus yang tidak diketahui etiologinya, sering dimulai dan disertai dengan rasa gatal di seluruh badan. Kelainan ini sembuh dengan sendirinya dalam 2 minggu pertama nifas, untuk timbul lagi dalam kehamilan-kehamilan berikutnya. Nama-nama lain yang sering digunakan untuk kelainan ini ialah ikterus idiopatik / intrahcpatik, hepatotoksemi endogen, atau hepatosis obstetrik.
Kelainan utamanya ialah kolestasis intrahepatik dengan pewarnaan empedu di tengah lobulus hepatis tanpa peradangan atau proliferasi mesenkim. Sel-sel hati tidak mengalami kerusakan. Secara klinis jalannya penyakit ringan. Selain ikterus dan pruritus, gejala-gejala lain dapat pula dijumpai, seperti meningkatnya bilirubin (ringan), fosfatase alkalis (tidak selalu), dan glutamin oksaloasetik transminase dalam serum. Anoreksia, mual, muntah, nyeri epigastrium, dan glutamin, dan diare sering pula merupakan keluhan penderita. Dalam diagnosis diferensial perlu disingkirkan kemunginan penyakit hati lain, seperti hepatitis virus, keracunan obat, dan batu empedu. Hilangnya gejala-gejala dalam masa nifas menyokong diagnosis. Pengobatan terutama simptomatik. Karena jalannya penyakit ringan dan tidak terdapat bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh tidak baik terhadap janin, maka pengakhiran kehamilan tidak diperlukan. Fenothiazide dengan tujuan untuk mengurangi rasa gatal tidak boleh diberikan karena obat ini dapat menyebabkan ikterus. Apabila kadar protrombin rendah, penderita diberi suntikan vitamin K. Atrofi kuning mendadak hati (acute yellow liver atrohy) Atrofi kuning mendadak hati sangat jarang dijumpai dalam kehamilan, dan dapat dibagi dalam 2 jenis, yakni a) atrofi kuning mendadak akibat hepatitis virus dan keracunan obat; dan b) atrofi kuning mendadak obstetrik semata-mata akibat kehamilan.
·         Atrofi kuning mendadak akibat hepatitis dan obat ditandai dengan nekrosis luas jaringan hati tanpa infiltrasi lemak, dan dapat disertai gawat ginjal mendadak. Keadaan penderita sangat cepat memburuk, disertai ikterus yang berat dan koma; tidak lama kemudian biasanya penderita meninggal. Penyakit ini dapat dijumpai baik pada wanita hamil maupun pada wanita tidak hamil, dan pria.
·         Atrofi kuning mendadak obstetrik, yang khas bagi kehamilan, dilaporkan oleh Sheehan Ober dan Le Compte, dan Kahil dkk. Gejala-gejalanya biasanya kematian.
Penderita dapat melahirkan anak mati 7-12 hari setelah timbulnya gejala-gejala. Etiologinya tidak diketahui dengan pasti. Mungkin sekali penyakit ini disebabkan oleh reaksi peka yang berlebihan terhadap suatu zat yang dihasilkan oleh kesatuan fetoplasenta, atau terhadap zat-zat eksogen. Secara histologik kelainan yang sangat menonjol ialah infiltrasi lemak sel-sel hati tanpa peradangan dan nekrosis; selebihnya arsitektur jaringan hati tetap baik. Gambaran ini lazim disebut metamorfosis lemak hati. Atrofi hati tetrasiklin pada dasarnya sama; hanya sel-sel periportal ikut pula mengalami infiltrasi lemak. Sebaliknya, atrofi akibat hepatitis infeksiosa menunjukkan gambaran yang lain; tidak terdapat infiltrasi lemak, melainkan nekrosis sel-sel hati dan sel-sel periportal. Seperti pada atrofi hati mendadak lain-lain, tidak banyak dapat dilakukan untuk menyelamatkan Ibu dan janin. Pengobatan semata-mata simptomatik. Tidak terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa pengakhiran kehamilan memperbaiki prognosis. Apabila janin masih hidup, induksi persalinan dapat dipertimbangkan. Seksio sesarea merupakan kontraindikasi, kecuali atas tindakan obstetrik.
C.    PANKREAS
Pankreas jarang dijumpai dalam kehamilan akan tetapi dapat diderita wanita hamil. Etiologinya belum diketahui, akan tetapi faktor predisposisi adalah adanya penyakit saluran empedu, peminum alkohol, pemberian obat diuretika thiazide dan antibiotika tetrasiklin. Gejala sering dikeluhkan penderita biasanya nyeri hebat di daerah epigastrium yang menjalar ke belakang, mual dan muntah-muntah, perut gembung, demam, bising usus menurun. Kadang-kadang menggigil dan ikterus ringan. Kira-kira 20% penderita dalam keadaan syok, koma. Laboratorium yang sangat membantu dalam mendignosis pankreatitis ini adalah meningkatnya kadar amilase serum dalam waktu 8 jam. Amilase urin juga meningkat di atas 300 unit/jam. Klearens amilase, mungkin lebih spesifik untuk diagnosis pankreatitis. Bila digunakan hasil konsentrasi amilase dan kreatinin urin yang dikumpulkan bersama-sama dan amilase serum, maka akan didapat klearens amilase yaitu : Amilase urin X kreatin urin      X 100 Amilase serum X kreatinin urin
Bila angka hasil klearens amilase ini lebih besar dari 4.5, maka dapat ditegakkan diagnosis pankreatitis. Pengaruh pankreatitis ini pada Ibu maupun pada janin cukup tinggi, dilaporkan dapat terjadi kematian Ibu 37% dan janin 38%. Oleh karena itu diagnosis dan pengobatan haruslah cepat dibuat dan diberikan. Cara penanganannya hampir sama dengan di luar kehamilan yaitu :
1.      Ganti kekurangan cairan dalam pembuluh darah dengan darah, albumin, dan cairan, dan ini dimonitor dengan CVP (central venous pressure).
2.      Monitor elektrolit, glukosa, dan kalsium darah, dan segera dikoreksi bila menunjukkan kelainan.
3.      Pasang slang lambung dan isap untuk mengurangi cairan yang diekskresi pankreas.
4.      Diberi obat analgetika seperti meperidine 75-100 mg im, tiap 3-4 jam untuk menghilangkan rasa sakit.
5.      Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
6.      Pengakhiran kehamilan tidak dianjurkan dan tidak diperlukan.
7.      Operasi hanya dilakukan pada keadaan tertentu, seperti abses yang cepat membesar penyumbatan saluran empedu, perforasi.
D.    SISTEM LUPUS ERYTHEMATOSIS (SLE)
SLE adalah sejenis penyakit kronis yang tidak terlalu diketahui banyak orang namun SLE ini tidak boleh di anggap ringan karena dapat menyerang setiap anggota badan dan boleh membawa kepada kematian atau biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis (jangka panjang) sistemik dengan perubahan patologis pada jaringan dan sistem vascular yang berhubungan dengan kelainan imunologis. Disini berperan reaksi-reaksi imunologik yang menyerang “diri sendiri” seakan-akan tubuh sendiri merupakan suatu benda asing. Sehingga timbul proses peradangan kronik. Lupus dikenal unik karena sifatnya multi sistem yaitu meniru penyakit-penyakit lain dan menyebar ke beragam organ. Kemampuan kamu flasenya ini sering kali melecehkan deteksi para medic atas kondisi pasien dan menuduhnya sebagai penyakit lain.
Ragam lupus pun bermacam-macam, yaitu : discoid lupus atau dikenal sebagai cutaneous lupus; merupakan lupus yang menyerang kulit dan paling banyak ditemukan. Sistemic lupus merupakan jenis lupus yang paling repot karena menyerang berbagai sistem tubuh, termasuk kulit, darah, sendi, paru-paru ginjal, jantung, otak dan sistem saraf dan drug-induced lupus yang biasa muncul ketika seseorang meminum obat tertentu dan gejalanya bisa hilang setelah obat tersebut dihentikan pemakainya. Karenanya kita perlu waspada dalam mengkonsumsi obat, bahkan obat yang diberikan oleh dokter. Akan tetapi diduga faktor genetik memegang peranan pada patogenesisnya. Keluarga dari penderita SLE mempunyai insidens yang tinggi untuk penyakit jaringan ikat. Faktor penyebab SLE masih tidak dikenal pasti. Namun ia berkemungkinan besar terjadi dari faktor genetik. Jangkitan kuman atau virus, obat-obatan dan juga sinaran ultraviolet. Wanita mempunyai kemungkinan lebih besar dari pada laki-laki mengidap penyakit ini. Ini menunjukkan hormon pada wanita memainkan peranan penting.
Gejala-gejala :
·         Diskoid Lupus
Biasanya terdapat bintik-bintik merah dimuka, kepala dan anggota yang lain. Bintik-bintik tersebut akan kemerah-merahan dan tidak sakit / gatal. Diskoid lupus hanya melibatkan  tisu kulit dan tidak menyerang organ-organ lain.






·         Sistem Lupus Erythematosus (SLE)
Gejala –gejala yang timbul adalah :
1.         Sering mengalami selesema
2.         Demam yang berlarutan
3.         Ulser mulut
4.         Keguguran rambut
5.          Sakit sendi dan lesu
6.         Sensitif kepada cahaya matahari
7.          Ruam pada muka dan anggota badan yang lain.
Mengalami radang pada organ dalaman dan kulit. Seperti jika terjadi pada infiamasi otak. Penderita akan merasa sakit kepala, sawan atau menghadapi masalah mental manakala jika melibatkan buah pinggang, pengeluaran protein yang berlebihan akan berlaku dalam air kencing dan kaki akan membengkak. Jika dalam keadaan mengandung ketika SLE dalam fase aktif, tahap kesehatan wanita akan merosot dan mereka biasanya menghadapi masalah tekanan darah tinggi, kulit menjadi merah dan terasa panas, keguguran atau bersalin tidak cukup bulan.








BAB III
PENUTUP
A.        KESIMPULAN
Penyakit dan kelainan yang dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan meliputi penyakit traktus digestivus, hepar dan pankreas serta sistem lupus erimatosus (SLE). Penyakit dan kelainan yang dipengaruhi oleh kehamilan pada traktus digestivus yaitu terjadi pada mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, daerah anus.Pada hepar yang terjadi bukan karena komplikasi kehamilan yaitu dengan penyakit, hepatitis infeksiosa, penyakit hati karena obat, ruptura hepatis, sirosis hepatis dan koleliatis. Sedangakn yang terjadi karena komplikasi kehamilan adalah ikterus rekurens gravidarum, atrofi kuning. 
          Pada pankreas faktor predis posisinya adalah adanya peny saluran empedu, peminum alkohol pemberian obat diuretika thiazide dan anti biotika tetrasiklin sedangkan sistem lupus erythematosus (SLE) suatu penyakit yang paling sering menyerang berbagai sistem tubuh, termasuk kulit, darah, sendi, paru-paru, ginjal, jantung, otak dan sistem syaraf.
B.         SARAN
Penulis mengharapkan pada Ibu-Ibu khususnya yang sedang hamil dapat dengan segera mengetahui penyakit dan kelainan yang dipengaruhi dan mempengaruhi oleh kehamilan dengan secara rutin memeriksakan kehamilannya pada bidan maupun dokter  ahli kandungan agar dapat dicegah dan diobati dengan segera.











DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro Hanifa, Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta, 2002
http : / WWW. Geocities. Com / alam. Penyakit / penyakit sistemik lupus erythematosus. htm


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar